Gereja diutus untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya dan mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya, itulah panggilan yang utama dan yang terutama. Ada tanggung jawab yang harus diemban oleh Gereja yaitu memenuhi panggilan Sorgawi. Gereja hendaknya konsisten pada panggilannya yang semula dan tidak menyimpang dan selalu mengajarkan jemaat untuk berjalan pada panggilannya (Kis. 26:19).
Panggilan utama gereja adalah untuk memenangkan jiwa dan bukan sekedar mengumpulkan jiwa untuk beroleh hiburan atau pelayanan sosial. Di samping membina kerohanian agar memiliki perubahan hidup jemaat menuju gambaran Kristus, ada tanggung jawab selanjutnya yang harus diemban oleh Gereja yaitu memenuhi panggilan Sorgawi. Gereja dipanggil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dan bukan sekedar mengumpulkan jiwa-jiwa yang berada di dalam sebuah organisasi yang mengikuti kegiatan rutin keagamaan dalam sebuah rangkaian liturgi (‘Gereja yang tidak memberitakan injil bukanlah Gereja tetapi lebih tepat disebut sebagai badan sosial’. - Pdt. Kris Marantika)
Persoalan-persoalan hidup tidak akan pernah selesai selama manusia hidup dan gereja tidak hanya berfokus kepada hal-hal tersebut tetapi sadar akan panggilannya sebagai duta-duta Kristus untuk penyelamat jiwa-jiwa. Oleh sebab itu gereja harus memiliki keseimbangan dalam misinya yaitu memberitakan injil dan memuridkan dan bukan hanya memberitakan injil saja tanpa memuridkan atau sebaliknya hanya pemuridan saja tanpa penginjilan.
Penginjilan bukan sarana untuk memasarkan organisasi tetapi memperkenalkan Kristus sebagai Juruselamat. Panggilan Gereja adalah untuk memperkenalkan Kristus kepada dunia dan bukan memperkenalkan nama atau organisasi gereja sehingga bukan lagi bekerja sama sebagai tubuh Kristus yang Am tetapi sebuah kompetisi atau seperti layaknya persaingan bisnis. Setiap orang yang belum percaya dimanapun mereka berada perlu diperkenalkan kepada Kristus bukan kepada organisasi gereja.
Kekonsistenan Gereja kepada panggilan-Nya ditunjukkan dengan:
1. Selalu mengajar jemaat untuk berpandangan luas tentang pelayanan (Mat. 28:19). Kata "pergi" dalam kalimat Amanat Agung Tuhan Yesus mengandung makna bahwa gereja harus berpandangan ke luar atau luas dan bukan sempit dalam lingkup ruangan gereja. Pengertian melayani Tuhan bukan terbatas hanya di ruang gereja tetapi keluar gereja bahkan sampai jauh ke luar pulau. Gereja harus mengajar jemaat untuk peduli pelayanan-pelayanan di luar dan bukan hanya berkutat di dalam.
2. Selalu mengajar jemaat untuk peduli kepada pelayanan misi (Mat. 28:19). Gereja yang bermisi selalu bergairah mengajarkan jemaatnya untuk mengambil bagian dalam penginjilan melalui berbagai dukungan, diantaranya:
a. Memberikan kepedulian lewat pengutusan (2 Kor. 10:16). Ada orang-orang yang dilatih dan dipersiapkan secara khusus sebab untuk menyediakan diri dan mungkin menetap di suatu tempat yang terpencil itu sebuah panggilan dan tidak semua orang bisa, tapi bukan berarti kita mengabaikannya. Memang harus diakui tidak semua orang dapat pergi untuk diutus menjalankan misi pemberitaan injil sebab hanya orang-orang yang memiliki panggilan khusus dari Tuhan. Namun demikian bukan berarti kita tidak dapat terlibat dalam menjalankan misi penginjilan. Gereja harus melatih dan memberi tempat bagi orang-orang yang terpanggil.
b. Memberikan kepedulian lewat dukungan dana (1 Kor. 16:1-14). Tidak ada jemaat yang tidak dapat mengambil bagian dalam misi sebab pelayanan misi membutuhkan hati yang peduli. Jemaat tidak akan memiliki beban misi jika tidak pernah mendengar atau melihat betapa banyaknya tantangan-tantangan yang harus dihadapi para pelayan Tuhan dalam mengemban misi, maka perlunya jemaat beroleh informasi-informasi yang berkenaan dengan pelayanan penginjilan yang ada di luar.
c. Memberikan kepedulian lewat dukungan doa (Ef. 6:18-20). Gereja yang bermisi adalah gereja yang mengajar dan mendorong jemaat untuk berdoa bagi pekerjaan-pekerjaan misi penginjilan dan bukan hanya berdoa untuk kebutuhan pribadi saja. Banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh orang-orang yang berada dalam misi penginjilan, baik itu tantangan kebutuhan penghidupan juga tantangan iman maka perlunya dukungan doa yang sungguh-sungguh dari jemaat Tuhan. Poin-poin doa bukan sekedar pengisi acara pertemuan doa tetapi harus menjadi sebuah kerinduan dan panggilan bersyafaat bagi orang-orang kudus yang ada dalam penginjilan (Neh. 1:4; Luk. 19:41-42). Amin!
Comments
Post a Comment