Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:18-20)
Yesus mengutus kita untuk menjadikan semua bangsa murid, bukan hanya sekedar sebagai anggota gereja. Karena menjadi orang Kristen saja tidaklah cukup, tapi harus didewasakan melalui pemuridan.
Pemuridanlah yang akan menjadikan seseorang bertumbuh menuju panggilan dan rencana Allah dalam dirinya. Secara garis besar ada 3 kelompok orang Kristen :
1. Believers, adalah orang yang percaya kepada Kristus, tapi hanya mencari berkat dan mujizatNya saja. Sama seperti Yesus mengatakan banyak orang datang berbondong-bondong mengikuti Dia hanya untuk mendapatkan roti saja (Yoh 6:26). Mengikut Tuhan Yesus bukan mencari kebenaran tapi mencari berkat, kesembuhan, pemulihan dan kenyamanan diri. Orang tipe ini akan mudah kecewa dan meninggalkan Tuhan jika keinginannya tidak terpenuhi. Kristen seperti ini egois, fokusnya kepada kepentingannya sendiri, tidak peduli dengan kepentingan Tuhan.
2. Followers, adalah pengikut Kristus yang aktif ibadah dan melibatkan diri dalam pelayanan, akan tetapi hidupnya tidak mencapai tujuan yang Tuhan tetapkan baginya (Mat 7:21). Ia tidak mengalami pembaharuan akal budi, sehingga melakukan segala aktifitas agamawinya sesuai dengan kemauannya saja. Ia tidak mengetahui manakah kehendak Allah yang baik, mana yang berkenan dan mana yang sempurna. Ia melakukan pelayanan menurut apa yang dipandangnya baik, bahkan melakukan elayanan dengan motivasi yang salah, bukannya memuliakan Allah. Hal ini terjadi karena tidak mau menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. (Rom 12:1-2)
3. Disciples, adalah orang Kristen yang dengan kesadaran penuh menjadikan dirinya murid yang hidupnya mencontoh Gurunya, yaitu Yesus Kristus. Rela menyerahkan hidup sepenuhnya untuk menggenapi panggilan hidup yang Tuhan tetapkan baginya. Fokus hidupnya adalah memuliakan Yesus, bukan lagi pada kepentingan pribadinya. Siap menghadapi keadaan apapun demi Yesus, Sang Guru. Tujuan hidupnya hanya satu, menjadi serupa dengan gurunya.
Tuhan mencari orang-orang Kristen yang memiliki kualitas hidup seorang murid. Karena kepada merekalah Tuhan mengutus untuk memuridkan semua orang dari semua bangsa. Namun, sebelum memuridkan kita harus dimuridkan terlebih dahulu. Sama seperti Yesus yang taat dalam proses pemuridan. Ibrani 5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, Yesus pun dimuridkan: oleh Bapa sorgawi, orangtua jasmani-Nya. Sebagai murid yang baik, Yesus memberikan kunci keteladanan bahwa, segala sesuatu yang dilakukanNya dimulai dari mencari kehendak BapaNya.
Bagaimana menjadi murid yg baik?
Lukas 14:26-27 dan 33
"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Ada 3 hal penting dari apa yang Yesus sampaikan diatas :
1. Seorang murid yang baik harus memiliki kualitas kasih seperti Kristus. (ayat 26)
Membenci ayah ibu dan saudara bahkan tidak menyayangkan nyawa sendiri bukan diartikan secara harafiah, tapi Yesus ingin mengatakan bahwa untuk menjadi murid harus memiliki kualitas kasih diatas kasih terhadap keluarga bahkan kasih terhadap diri sendiri. Kasih kita kepada Yesus harus seperti kasih Yesus kepada kita. Ia mengosongkan tahta-Nya, turun menjadi manusia, taat memikul salib dan mati bagi kita. Kasih sekualitas inilah yang harus ditunjukkan seorang murid Tuhan.
2. Seorang murid yang baik harus memiliki kualitas ketekunan dalam menghadapi penderitaan. (ayat 27)
Saat kita mengakui diri sebagai murid Kristus, hidup kita tidak akan sama lagi. Sangkal diri pikul salib dan ikut Tuhan Yesus memiliki arti yang dalam. Fokus hidup kita bukan lagi kenyamanan tapi siap menyangkal diri. Hidup tidak lagi bagi diri sendiri, tapi bagi Yesus, Sang Guru. Memikul salib, artinya siap menghadapi tantangan dan penderitaan yang disebabkan bukan oleh karena kesalahan kita, tapi karena kita mentaati firman Tuhan dan melakukan kehendakNya.
3. Seorang murid yang baik harus memiliki kualitas totalitas penyerahan hidup. (ayat 33)
Hidup kita sudah terbayar lunas oleh kematian Yesus di kayu salib, sehingga bukan milik kita lagi. Semuanya (bukan sebagian) sudah menjadi milik Kristus. Belajar berhenti bergumul untuk kepentingan kita saja, tetapi serahkan hidup ini untuk dipakai sebagai alat kemuliaan bagi Tuhan. Sebagai saksi kebenaran dalam dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, di segala waktu dimanapun juga. Di rumah, lingkungan tetangga, kantor, sekolah, kampus dan dimanapun juga.
Sebagai penutup kita membaca ayat selanjutnya dari Lukas 14 ini, yaitu ayat yang ke 34-45 :
Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Pilihan ada ditangan kita. Maukah kita menjadi murid Yesus yang baik ataukah hanya sekedar menjadi orang Kristen? Kita digambarkan sebagai garam. Menjadi orang Kristen memang baik, tapi jika tidak membawa pengaruh Kerjaan Allah bagi lingkungan sekitar kita, maka kekristenan kita akan sia-sia.
Comments
Post a Comment